Joy

source : google image

Mungkin aku terlalu polos jika mengagung-agungkan jam malam. Walaupun hanya sekedar pergi keluar untuk membeli jajan atau sedang dimintai tolong oleh orang rumah, diam-diam aku menikmati setiap detik yang kuhabiskan di luar rumah, pada malam hari. Mirip seperti melarikan diri dari rumah tapi sensasinya terlalu asing untuk dijelaskan, namun satu hal yang pasti: chill. 

Mari kesampingkan soal suhu, semuanya terasa dan terlihat sangat berbeda dibandingkan siang hari. Misalnya, makanan dan minuman; dari makanan berat hingga makanan ringan, minuman kekinian macam thai tea dan kopi si "anak penikmat senja", lebih bervariasi ketika malam menjelang. Mengapa mereka memilih malam sebagai jam operasional mereka, aku tidak tahu. Pedagang makanan berat macam sate, nasi goreng dan sebagainya mungkin hanya mengikuti tradisi, mengingat mayoritas pedagangnya adalah perantau. Sedangkan ke ranah yang lebih modern seperti food court mini pinggir jalan, angkringan (aku tidak yakin ini modern), kedai kopi dan sejenisnya, mungkin menargetkan remaja yang doyan keluar malam sebagai target pasar mereka. Entahlah, ini hanya menurut pandanganku saja.

Itu hanyalah permukaannya saja, mari menyelam lebih dalam.

Beberapa objek yang ada pun terlihat lebih sedap dipandang mata; mulai dari lampu jalanan yang berwarna oranye sampai lampu redup pedagang ketoprak yang mangkal di pinggir kali dan juga baliho rokok yang terpampang besar di pinggir jalan besar serta berbagai macam kendaraan yang melintas melewatinya. Aku pun tak mengerti kenapa memandangi semua itu terasa begitu candu dan mampu membuatku merasa tenang dan damai. Padahal tidak ada yang istimewa disana.

Mungkin aku hanya ingin seperti anak remaja lainnya, yang tidak mempunyai aturan jam malam (atau memang mereka dengan sengaja meniadakannya). Sejak kecil sampai sekarang, keluargaku selalu menetapkan jam malam yang seringkali dilanggar oleh kakak-kakakku (termasuk aku) dengan seribu satu macam alasan. Sebenarnya peraturan jam malam itu tidak terlalu ketat, juga tidak terlalu longgar tergantung mood orangtua-ku. Kakak perempuanku ketika masih remaja, sering sekali melanggarnya, begitu pula aku saat mulai memasuki perkuliahan. Jika mood orangtua-ku sedang baik-baik saja, kami tidak akan ditegur. Jika sebaliknya, seperti yang sering menimpa Kakak laki-laki keduaku, dilarang masuk rumah sampai pagi atau menahan STNK serta kunci motor selama seharian penuh bahkan bisa lebih. Oleh karena itu, tanpa sadar aku selalu merasa was-was dan takut jika masih berada di luar rumah saat sudah melewati jam malam sampai sekarang.

Keinginanku untuk bebas dari jam malam memang sudah ada sejak lama, mungkin semenjak aku beranjak dewasa. Namun kuyakin keinginan itu semakin besar semenjak aku bertemu dengan Mas (mari panggil dia seperti itu sampai akhir). 

Suatu malam, aku menceritakan hal ini padanya melalui chat. Secara kebetulan, Mas merekomendasikan lagu dari band kesukaannya. 

"AVA baru saja merilis album baru! Kau harus mendengarkan lagunya yang berjudul into the night. Aku yakin kau akan menyukainya." Begitulah isi pesannya. 

"Oke, akan kudengar." 

Begitu masuk bagian reff, Mas membalas pesanku.

"Rasanya seperti sedang mengendarai mobil bersamamu saat malam. Dapatkah kau merasakannya?" 

Aku menutup mata dan membayangkan apa yang barusan Mas katakan padaku. Benar, aku merasakannya. Bagiku, rasanya seperti mengendarai mobil saat malam bersamanya. Melintasi jalanan besar yang sepi sembari melihat kearah lampu-lampu jalanan. 

"Iya, aku merasakannya!" Jawabku. 

Dari situ, muncul keinginan kecil yang ingin sekali kulakukan bersama Mas. Jika memang aku menikah dengannya nanti, aku ingin sekali keluar malam bersama Mas, dengan mobil. Seperti yang kubayangkan saat mendengarkan lagu itu. Menikmati setiap detiknya tanpa perlu khawatir akan peraturan itu. 

Semoga saja terkabulkan. 

Komentar

Postingan Populer